Selasa, 16 Juli 2013

Film: You are the Apple of My Eye




"In fact, when you really like a girl, you'd be happy for her. When you see her finding her Mr. Right, you will want them to be together and to live happily ever after,"

Ini adalah cerita tentang masa-masa SMA yang konon dianggap menjadi salah satu fragmen kehidupan yang paling menyenagkan buat kebanyakan orang yang pernah merasakannya, termasuk cerita lain di balik setiap buku-buku pelajaran, guru-guru galak dan ujian yang menyebalkan seperti cerita tentang persahabatan dan cinta. Misalnya, sekedar naksir kepada murid tercantik di kelasmu, seperti yang dilakukan 5 sahabat ini. Tapi di antara kelima remaja tanggung itu hanya Ko Ching-teng (Ko Chen-tung) yang beruntuk dapat berhasil mengambil hati Shen Chia-Yi (Michelle Chen) yang pintar dan cantik itu, padahal Ching-teng sendiri adalah siswa bandel dan malas.

Pertanyaannya adalah apa yang membuat "You are the Apple of My Eye" sampai menjadi film berbahasa mandarin terlaris di Hong Kong, bahkan mampu mengalahkan keperkasaan "Kung Fu Hustle"?

Entahlah, mungkin saja karena ia sangat beruntung atau sederhana saja, karena film Giddens Ko ini memang bagus. Tapi bagus atau tidaknya itu memang relatif, buat saya, secara cerita tentang anak laki-laki bertemu dengan anak perempuan dengan setting SMA memang terlalu familiar, tapi mengingat ini bersetting di Taiwan yang notabene budaya dan pergaulan remajanya tidak terlalu jauh berbeda dengan kita "You are the Apple of My Eye" menjadi terasa akrab buat saya atau siapa saja yang pernah merasakan manisnya masa-masa SMA itu, sama seperti yang sudah pernah dilakukan Thailand dengan "A Crazy Little Thing Called Love"nya atau Indonesia dengan "Ada Apa dengan Cinta?"nya, jujur saya menyukainya, apalagi ini adalah sebuah semi-autobiografi yang diangkat dari cerita masa remaja Giddens Ko yang lalu menjadikannya novel berjudul "The Girl We Chased Together in Those Years" hingga kemudian ia nekad menjadikannya sebuah film layar lebar pertamanya.


Yang menarik, meskipun tergolong corny, narasinya tidak sampai berakhir begitu saja seperti sinopsis pendek di atas tapi berlanjut secara periodik di mulai dari flashback kemudian berlanjut dari tahun ke tahun, mulai masa SMA kemudian masa kuliah dan masa setelah itu yang kebanyakan diambil dari sudut pandang Ko Ching-teng. Setiap bagian menggambarkan pasang surut hubungannya dengan Shen Chia-yi, dan bagaimana Ching-teng terjebak dalam sifat kekanak-kanakannya itu. Tentu saja sebagai momen-momen menariknya, seperti kehidupan, ada yang manis, misalnya adegan-adegan yang melibatkan Chia-yi dan Ching-teng sampai yang konyol dan bodoh. Apa yang kemudian paling saya suka adalah bagaimana "You are the Apple of My Eye" ini berakhir. Endingnya bagus, campuran antara realita pahit, kebahagiaan, kedewasaan dan kesedihan dengan sebuah momen kocak yang membuatnya terasa spesial.

Meskipun jauh dari kata sempurna, namun "You are the Apple of My Eye" bisa jadi sebuah drama romantis coming of age yang langsung membuat para penonton remajanya jatuh cinta. Cinta sederhana tentang pahit-manisnya cinta, kenakalan masa-masa SMA dan perjalanan mencari sebuah kedewasaan dengan sedikit komedi terhampar dengan baik di sepanjang 109 menit. Ditambah karakter-karakter yang loveable plus ending yang membekas menjadikan "You are the Apple of My Eye" sebuah tontonan menyenangkan buat siapa saja yang pernah merasakan manisnya apa itu yang disebut cinta monyet.

Sumber: http://dhanitamay.wordpress.com/2013/03/13/sinopsis-film-you-are-the-apple-of-my-eyes/

Drama Korea: Flower Boy Next Door

"Flower Boy Next Door" yaitu drama Korea terbaru di tahun 2013 dengan berbagai karakter pemain yang pastinya sudah anda kenal dengan baik. Drama korea yang satu ini merupakan sebuah drama Korea yang harus anda lihat dari episode satu sampai terakhir.

Drama Korea "Flower Boy Next Door" menceritakan tentang seorang gadis penyendiri yang bernama Go Dok Mi (diperankan oleh Park Shin Hye) yang ketahuan mengintip tetangga prianya yang bernama Enrique Keum (diperankan oleh Yoon Si Yoon). Dok Mi segera jatuh cinta pada pandangan pertamanya ke Enrique. Di sinilah awal petualangan cinta Dok Mi dan Enrique diawali.

Drama Korea Flower Boy Next Door 

Go Dok Mi diceritakan sebagai seorang Rapunzel modern yang amat kesepian saat menjalani hidupnya, tetapi dia mempunyai pesona yang luar biasa hingga pria-pria tergila-gila saat melihatnya. Enrique dikisahkan sebagai seorang sutradara jenius, berwajah tampan dan stylish dan mempunyai jiwa seni serta otak yang luar biasa namun melakukan kehidupan di luar batas yang sewajarnya (bohemian).
Sumber: http://drama-korea13.blogspot.com/2013/01/drama-korea-flower-boy-next-door.html

Jumat, 12 Juli 2013

Untaian Kata untuk Kenangan Kita

Baru saja ku buka laptopku, melihat-lihat foto kenangan masa-masa dulu. Masa SMA. Masa penuh bahagia, masa penuh canda tawa, masa yang takkan terlupa. Dan tetiba saja sebuah bayangan masa lalu kembali teringat olehku.

Beberapa tahun lalu aku hanyalah seorang bocah biasa yang belajar untuk memulai hidup di dunia yang besar. Berusaha, terjatuh, menangis, mencoba bangkit, dan berjuang.
Beberapa tahun lalu akhirnya Tuhan memilih mempertemukan aku dengan banyak orang. Termasuk kalian. Orang-orang hebat yang membantuku bertumbuh menjadi wanita yang lebih dewasa.
Beberapa tahun lalu proses pendewasaan itupun ku mulai. Bersama kalian. Saling berbagi, saling memberi, saling membenci, dan kemudian belajar untuk memaafkan.

Sejujurnya itu adalah tahun-tahun yang indah. Tahun-tahun yang membuatku banyak belajar. Bagiku, tahun-tahun itu memiliki terlalu banyak cerita. Cerita-cerita tentang suka dan duka. Cerita-cerita tentang tawa dan luka.
Dan bagiku tahun-tahun itu berakhir tak seindah saat kita memulainya. Terlalu banyak salah paham, terlalu banyak keegoisan, terlalu banyak rasa benci yang terpendam.

Maaf. Mungkin sudah terlalu lama, bahkan kalian mungkin sudah lupa. Tapi semua cerita itu masih tersimpan rapi di dalam hatiku. Cerita tentang aku, tentang kamu, tentang kita.
Maaf. Mungkin sudah terlalu lama, terlalu lama kalian menungguku. Mungkin memang terlalu lama untukku bisa mengucapkan maaf dengan tulus. Mungkin memang terlalu lama untukku bisa memberi sedikit ruang pada rasa benciku untuk kemudian belajar melihat semuanya lebih luas. Belajar untuk melihat bahwa akupun tak selalu benar.
Maaf. Mungkin sudah terlalu lama, terlalu banyak benci yang telah menumpuk di lubuk hatimu. Tapi, terima kasih untuk waktu yang kau sempatkan untuk membaca sedikit tulisan dariku.

Terima kasih atas semua senyum yang pernah kalian ukirkan di wajahku. Untuk segala pelajaran tentang kebahagiaan. Untuk segala pelajaran saling memberi. Untuk segala pelajaran tentang saling berbagi.
Terima kasih atas semua tangis yang pernah kalian teteskan di pipiku. Untuk segala pelajaran tentang kekuatan. Untuk segala pelajaran tentang pengertian. Untuk segala pelajaran tentang memaafkan.
Terima kasih atas semua genggaman tangan yang pernah kalian berikan padaku. Untuk segala pelajaran tentang persahabatan. Untuk segala pelajaran tentang kepercayaan. Untuk segala pelajaran tentang kejujuran.

Dan akupun belajar banyak dari kalian. Bahwa persahabatan tak perlu memandang derajat. Karena kita semua sama, bergantung pada bagaimana kita memperlakukan sesama.
Bahwa persahabatan tak perlu memandang apapun. Bahwa sahabat adalah saling memberi, saling berbagi, dan saling mengingatkan.
Bahwa sahabat yang baik tak selalu hanya memberi senyum. Terkadang ia pun harus memberi tangis untuk saling menguatkan.
Bahwa sahabat yang baik tak selalu hanya berbagi bahagia. Terkadang ia pun harus berbagi luka untuk saling menerima.
Bahwa sahabat yang baik tak selalu hanya meninggalkan. Tapi ia pun harus selalu mengingatkan.

Maaf untuk semua luka yang pernah tergores di hatimu karena ucapku. Maaf untuk semua tangis yang pernah terjatuh dari matamu karena lakuku. Maaf untuk semua benci yang pernah (dan mungkin masih) menumpuk di hatimu karena aku.
Setulus hati ku sampaikan maaf ini padamu. Mungkin aku terlalu banyak meminta, tapi sungguh kali ini yang ku harap hanya maafmu.