Minggu, 12 Mei 2013

Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia



KOEFISIEN GINI DI INDONESIA
Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan distribusi. Ukuran ini pertama kali dikembangkan oleh statistisi dan ahli sosiologi Italia bernama Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam makalahnya berjudul “Variability and Mutability” (dalam bahasa Italia: Variabilità e mutabilità).
Koefisien Gini dinyatakan dalam bentuk rasio yang nilainya antara 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna di mana semua nilai sama sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan yang paling tinggi yaitu satu orang menguasai semuanya sedangkan yang lainnya nihil. Menurut definisinya, koefisien gini adalah perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45 derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut.
            Pada gambar, Kurva Lorenz memetakan kumulatif pendapatan pada sumbu vertikal dengan kumulatif penduduk pada sumbu horisontal. Pada contoh, 40 persen penduduk menguasai sekitar 20 persen total pendapatan. Koefisien gini diperoleh dengan membagi luas daerah A dengan (A+B).
Jika setiap individu memiliki pendapatan yang sama, maka kurva distribusi pendapatan akan tepat jatuh pada garis lurus 45 derajat pada gambar, dan koefisien gini bernilai 0. Sebaliknya jika seorang individu menguasai seluruh pendapatan, dikatakan terjadi ketimpangan sempurna (maksimum) sehingga kurva distribusi pendapatan akan jatuh pada titik (0,0), (0,100) dan (100,100), dan angka koefisien gini bernilai 1.

Data koefisien gini di Indonesia sejak tahun 1999-2002
1999
0,31
2002
0,33
2003
0,32
2004
0,32
2005
0,36
2006
0,33
2007
0,36
2008
0,35
2009
0,37*
2010
0,38*
2011
0,41*

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005 (2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga, sedangkan 2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga), Tahun 2011 merupakan data Susenas Triwulan I (Maret 2011) dengan sampel 75.000 rumah tangga
* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.
            Dapat disimpulkan bahwa kondisi ketimpangan pendapatan di Indonesia saat ini masih cenderung tinggi sehingga kesenjangan sosial semakin tahun terlihat semakin melebar.

DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Distribusi pendapatan nasional menggambarkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi akan mampu menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum.
Ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan salah satu permasalahana pembangunan sebab pertumbuhan ekonomi tidak banyak bermanfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat apabila distribusi hasil pembangunan tidak merata. Terdapat 8 (delapan) penyebab ketidakmerataan distribusi pendapatan, diantaranya: pertumbuhan penduduk yang tinggi, inflasi, pembangunan daerah tidak merata, penggangguran tinggi, mobilitas sosial rendah, memburuknya nilai tukar produk NSB, dan hancurnya industri kerajinan rakyat.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk.
Indikator ketimpangan distribusi pendapatan menurut Bank Dunia
Distribusi Pendapatan
Tingkat Ketimpangan atau Kesenjangan
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya <12% dari keseluruhan pengeluaran
Tinggi
Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya 12% sampai 17% dari keseluruhan pengeluaran
Sedang
Pengeluarannya >17% dari keseluruhan pengeluaran
Rendah

Persentase Pembagian Pendapatan Nasional di Antara 3 Lapisan Pendapatan

1999
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
40% pendapatan terendah
21,66
20,92
20,57
20,80
18,81
19,75
19,10
19,56
21,22*
18,05*
16,85*
40% pendapatan menengah
37,77
36,89
37,10
37,13
36,40
38,10
36,11
35,67
37,54*
36,48*
34,73*
20% pendapatan tertinggi
40,57
42,19
42,33
42,07
44,78
42,15
44,79
44,77
41,24*
45,47*
48,42*

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005 (2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga, sedangkan 2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga), Tahun 2011 merupakan data Susenas Triwulan I (Maret 2011) dengan sampel 75.000 rumah tangga
* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.

KEMISKINAN DI INDONESIA
            Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Banyak juga pengertian kemiskinan menurut para ahli seperti:
1.      BAPPENAS (1993)
Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
2.      Levitan (1980)
Kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
3.      Faturchman dan Marcelinus Molo (1994)
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
4.      Ellis (1994)
Kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
5.      Suparlan (1993)
Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
6.      Reitsma dan Kleinpenning (1994)
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material.
7.      Friedman (1979)
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. Di indonesia masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. Masih banyak kita dapati para pengemis dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar seperti jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari.
            Perkembangan kemiskinan di Indonesia sejak Maret 2011 hingga Maret 2012 cenderung menurun. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang (11,96%) yang berkurang 0,89 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang berjumlah 30,02 juta orang (12,49%). Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan dan pedesaan masing-masing turun 399,5 ribu orang (0,45%) dan 487 ribu orang (0,60%).
Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah,
Maret 2011-Maret 2012
Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(Juta)
Presentase Penduduk
Miskin
Perkotaan


Maret 2011
11,05
9,23
Maret 2012

10,65
8,78
Pedesaan


Maret 2011
18,97
15,72
Maret 2012

18,48
15,12
Kota+Desa


Maret 2011
30,02
12,49
Maret 2012
29,13
11,96

            Berdasarkan Susenas Maret 2012 diketahui bahwa penduduk miskin terbesar berada di Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 24,77 persen, sementara presentase penduduk miskin terkecil di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,69 persen.
Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Menurut Pulau,
Maret 2012
Pulau
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Presentase Penduduk Miskin (%)
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Sumatera
2.075,54
4.225,33
6.300,87
10,15
13,30
12,07
Jawa
7.209,94
8.897,26
16.107,20
8,84
15,46
11,57
Bali&Nusa Tenggara
640,23
1.393,71
2.033,94
12,13
17,03
15,11
Kalimantan
266,15
688,42
954,57
4,41
8,37
6,69
Sulawesi
341,04
1.756,20
2.097,24
5,70
14,86
11,78
Maluku&
Papua
114,33
1.524,27
1.638,60
5,88
32,64
24,77
Indonesia
10.647,23
18.485,19
29.132,42
8,78
15,12
11,96
           
Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang kompleks sehingga dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia untuk ikut berperan serta dalam meminimalkan jumlah kemiskinan agar negara kita bisa bangkit dari keterpurukan baik dari krisis ekonomi maupun kemiskinan yang semakin meningkat tiap tahunnya, agar negara kita bisa berkembang dan maju serta sejajar dengan negara maju yang sejahtera.


2 komentar: